Babak Baru – Ketika Donald Trump berbicara, dunia mendengar—entah karena kagum, bingung, atau geram. Dalam pernyataan provokatif terbarunya, mantan Presiden Amerika Serikat itu kembali menghidupkan api lama yang nyaris padam: perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Tapi kali ini, retorikanya lebih pedas dari sebelumnya. Trump tak hanya menyasar produk elektronik atau baja, melainkan langsung menyentil kapal-kapal dagang China yang ia tuding sebagai simbol manipulasi ekonomi global.
Trump, dalam pidatonya di salah satu kampanye politiknya di Florida, menuding bahwa kapal-kapal China yang berlayar ke berbagai penjuru dunia bukan sekadar alat dagang, melainkan “alat dominasi”. Ia menyebutnya sebagai tentara senyap milik Partai Komunis China. Ucapan itu sontak menyulut reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk para pengamat ekonomi, diplomat, bahkan pelaku industri logistik internasional.
Kapal Dagang atau Kapal Penjajah?
Trump memang di kenal piawai membolak-balik narasi. Namun kali ini, ia melemparkan tudingan serius bahwa China “menginvasi” pasar dunia dengan barang murah berkat subsidi negara dan manipulasi nilai tukar. Menurutnya, setiap kapal dagang yang bersandar di pelabuhan Amerika membawa bom waktu berupa produk-produk murah yang bisa mematikan industri dalam negeri.talk2ihop.com
Produk-produk ini, kata Trump, adalah bagian dari strategi penjajahan ekonomi modern yang di lakukan dengan wajah tersenyum dan harga diskon.
Retorika seperti ini bukan hal baru bagi Trump, tapi kali ini ia membungkusnya dengan bahasa militeristik yang tajam. “Kita tidak sedang berdagang, kita sedang diserang,” tegasnya. Pernyataan ini tak hanya menyulut ketegangan diplomatik, tetapi juga mengguncang pasar saham dan menaikkan harga logistik secara global.
Ketegangan Melebar ke Laut dan Langit
Tak berhenti di daratan, Trump menuduh China menggunakan jalur laut untuk menekan negara-negara berkembang melalui skema utang dan pembangunan pelabuhan. Ia menyebut proyek Belt and Road Initiative sebagai bentuk perbudakan ekonomi yang di kirim lewat kapal-kapal dagang slot bonus.
Lebih gila lagi, Trump bahkan menyarankan agar AS memblokir beberapa jalur pelayaran utama yang di gunakan oleh kapal-kapal China. Saran ini, meski tidak resmi, langsung membuat para analis keamanan regional Asia Tenggara dan Indo-Pasifik kalang kabut. Jika benar-benar di lakukan, langkah ini bisa memicu eskalasi militer, bukan sekadar perang tarif.
Belum cukup dengan laut, Trump menyerang dari udara: ia menuduh sistem pengiriman drone dan logistik pintar milik China sebagai alat pengintai. “Mereka bukan cuma kirim paket, mereka kirim mata-mata!” tegasnya, di sambut sorak-sorai dari pendukung fanatiknya.
Dunia Bisnis Mulai Panik
Pernyataan Trump tak hanya membuat diplomat berkeringat dingin, tapi juga membuat para pelaku bisnis ekspor-impor cemas bukan main. Jika retorika ini memicu kembali tarif balasan atau pembatasan impor barang China, maka rantai pasok global—yang baru saja pulih dari pandemi—akan kembali porak-poranda.
Amazon, Walmart, hingga pengecer kecil di AS, semua bergantung pada arus barang dari China. Satu gangguan saja di pelabuhan besar bisa membuat harga naik dan stok menipis dalam hitungan hari. Sementara itu, China belum memberikan respons langsung terhadap tudingan Trump, namun media pemerintah mereka mulai memanaskan suasana dengan menyebut Trump sebagai tukang ribut yang tak tahu strategi.
Satu hal yang pasti: babak baru perang dagang ini tak akan berlangsung diam-diam. Ini bukan lagi soal angka pajak atau nilai tukar yuan, tapi tentang narasi besar: siapa menguasai laut, siapa menguasai perdagangan, dan siapa yang memegang kendali ekonomi dunia. Trump baru saja melemparkan peluru pertamanya—dan dunia menahan napas.