Bangun Sekolah Rakyat, Pemerintah Libatkan BUMN Karya dalam Misi Pendidikan Nasional

Bangun Sekolah Rakyat – Dalam langkah yang mengejutkan sekaligus ambisius, pemerintah Indonesia akhirnya mengambil tindakan nyata dengan melibatkan BUMN Karya dalam pembangunan Sekolah Rakyat. Langkah ini bukan sekadar slot 5000 proyek fisik. Tetapi sinyal keras bahwa negara ingin menancapkan kembali taringnya dalam menciptakan sistem pendidikan yang merata dan menyeluruh.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memanggil jajaran BUMN konstruksi seperti PT Wijaya Karya (WIKA), PT Hutama Karya, dan PT PP untuk menjalankan proyek ini. Tak main-main, pemerintah menargetkan pembangunan ratusan unit sekolah baru. Dari kota besar hingga pelosok yang selama ini luput dari perhatian negara.

Baca Berita Lainnya Juga Hanya Di talk2ihop.com

Sekolah Rakyat bukan sekadar bangunan kelas. Ia adalah simbol perlawanan terhadap ketimpangan akses pendidikan yang selama ini di biarkan membusuk. Pemerintah akhirnya sadar bahwa tak bonus new member 100 semua anak bangsa bisa mengecap bangku sekolah yang layak.

Menghapus Ketimpangan Dengan Bangun Sekolah Rakyat

Sudah terlalu lama daerah-daerah tertinggal menjadi saksi bisu dari janji-janji pembangunan pendidikan yang hanya terhenti di atas kertas. Di banyak wilayah Indonesia timur, bangunan sekolah ambruk, guru tidak hadir, dan fasilitas belajar tak ubahnya kandang ayam. Kini, BUMN Karya di tugaskan untuk mengubah realitas pahit itu.

Melalui proyek ini, sekolah-sekolah akan di bangun dengan standar infrastruktur modern dengan ruang kelas yang kokoh. Akses sanitasi yang manusiawi, dan konektivitas listrik serta internet yang memadai. Tak ada lagi alasan untuk membiarkan anak-anak Papua, NTT, dan pelosok Kalimantan belajar di ruang yang tak layak.

Lebih dari itu, pendekatan pembangunan akan berbasis pada kebutuhan lokal. Artinya, sekolah yang di bangun akan di sesuaikan dengan kondisi geografis dan sosial masyarakat setempat. Inilah perlawanan sistematis terhadap sentralisasi pembangunan yang selama ini mengabaikan kearifan lokal.

BUMN Karya Didorong Kerja Cepat: Tak Ada Ruang untuk Gagal

BUMN Karya di beri mandat langsung untuk bekerja cepat, tepat, dan tanpa kompromi terhadap kualitas. Pemerintah bahkan menyisipkan ancaman halus jika gagal menjalankan misi ini, kredibilitas perusahaan pelat merah itu akan di pertaruhkan. Tidak ada ruang untuk proyek mangkrak, pemborosan anggaran, atau sekadar formalitas laporan kemajuan.

Pembangunan Sekolah Rakyat bukan proyek biasa. Ini adalah ujian moral, politik, dan nasionalisme. Pemerintah menuntut lebih dari sekadar konstruksi mereka menginginkan dedikasi dan ketegasan dari para pemimpin BUMN untuk menjadikan sekolah sebagai prioritas pembangunan yang tak bisa di tunda.

Dengan alokasi dana yang di kucurkan dari APBN dan dukungan dari berbagai skema pembiayaan kreatif, proyek ini menjadi simbol dari pergeseran paradigma pembangunan nasional: dari proyek mercusuar menuju proyek kerakyatan.

Membangun Sekolah, Membangun Martabat Bangsa

Bangsa yang besar adalah bangsa yang memberi ruang tumbuh bagi semua warganya. Dan ruang itu bermula dari sekolah. Dengan menggandeng BUMN Karya, pemerintah ingin menancapkan satu pesan penting: pembangunan tidak lagi soal gedung pencakar langit di ibu kota, melainkan fondasi pendidikan di akar rumput.

Setiap bata yang di tanam dalam proyek Sekolah Rakyat adalah batu pijakan menuju peradaban yang lebih adil. Tak hanya itu, keterlibatan BUMN juga di harapkan membuka lapangan kerja di daerah, memberdayakan kontraktor lokal, dan menciptakan efek domino bagi perekonomian setempat.

Lebih jauh lagi, pemerintah ingin menjadikan proyek ini sebagai alat ukur baru: siapa yang benar-benar bekerja untuk rakyat dan siapa yang hanya jadi penonton pembangunan.

Sekolah Rakyat: Simbol Keberanian Politik

Langkah ini adalah bentuk keberanian politik yang jarang kita lihat dalam pembangunan pendidikan. Tak lagi menunggu dana hibah asing, tak lagi bergantung pada donor luar negeri, pemerintah mengerahkan kekuatan dalam negerinya sendiri untuk membangun dari bawah.

Dengan menggandeng BUMN Karya, negara mengembalikan peran strategis institusi pelat merah yang sempat di kritik karena terlalu sibuk membangun proyek besar untuk segelintir elite. Kini, mereka harus membangun untuk anak-anak petani, nelayan, buruh, dan masyarakat adat.

Bangunannya mungkin sederhana, tetapi maknanya sangat radikal. Ini bukan sekadar sekolah ini adalah panggung untuk menunjukkan bahwa negara masih bisa hadir, masih bisa bertanggung jawab, dan masih bisa di percaya.